Perkembangan Rumah Panggung Kayu Tradisional Desa Woloan -Saat mengunjungi desa Wisatawan Woloan tidak hanya melihat rumah adat masyarakat setempat saja. Anda juga bisa membawa pulang rumah panggung kayu. Woloan terkenal dengan industri tradisional rumah panggung kayu yang terbuat dari kombinasi kayu ulin, cempaka dan kayu nantu.

Perkembangan Rumah Panggung Kayu Tradisional Desa Woloan

Perkembangan Rumah Panggung Kayu Tradisional Desa Woloan

vmiredetstva-Rumah tersebut dibuat dengan metode knockdown. Karena lokasinya di Tomohon, Woloan dapat diakses dengan mobil. Pemandangannya pun tak kalah menarik. Panorama Gunung Mawahu dan Gunung Masarang mampu menyegarkan mata setelah menyaksikan proses pembangunan rumah panggung dengan puas.

Pulau Sulawesi kaya akan budaya, seni dan tempat wisata. Salah satu produk budayanya adalah Kerajinan Rumah Kayu Desa Woloan. Di Desa Woloan, Kecamatan Tomohon Tengah, Kota Tomohon,Sulawesi Utara, Anda bisa menemukan kerajinan kayu yang menyertai seluruh proses produksinya.Rumah Adat Woloan adalah bangunan tempat tinggal tradisional berasal dari Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara. Bangunan tempat tinggal ini berbentuk rumah panggung dan dikenal dengan bangunan tahan gempa.Bentuknya yang estetis dan tahan gempa membuat pembuatan rumah adat ini menjadi barang ekspor ke Argentina dan Venezuela.

Oggettoturismo

Bagi Anda yang menyukai wisata kerajinan tangan, Desa Woloan adalah pilihan yang tepat kunjungi kami, karena desa ini sangat terkenal di nusantara dan luar negeri karena rumah kayunya.Pengrajin Desa Woloan telah mendapat komisi dari berbagai kota di Indonesia seperti Jakarta dan Bali, serta beberapa negara Eropa seperti Belanda dan Perancis.Popularitas rumah kayu ini di kancah internasional tidak luput dari perhatian karena pengerjaannya yang unggul baik dari segi kualitas maupun nilai eceran.Beberapa rumah kayu tersebut tidak hanya digunakan sebagai rumah pribadi, tetapi juga berfungsi sebagai cottage atau bungalow bagi para pengusaha pariwisata.

Sebagian besar bahan baku kayu diimpor dari Palu, Sulawesi Tengah. Namun ada juga yang didatangkan dari Sultra. Jenis kayu yang digunakan dalam pembangunan rumah kayu adalah kayu cempaka dan meranti. Kayu Cempaka mempunyai ciri serat lurus,kuat,tidak mudah pecah dan teksturnya halus, sama halnya dengan kayu Meranti.

Rumah kayu buatan pengrajin desa Woloan ini sangat unik.Karena rumah kayu ini bisa dibongkar seperti rumah joglo (rumah adat Jawa). Meskipun rumah kayu tersebut memiliki hiasan ukiran yang sangat sedikit, namun menampilkan desain arsitektur khas Minahasa dan merupakan desain rumah panggung di Pulau Sumatera. Jika Anda tertarik dengan rumah kayu tersebut, Anda bisa membelinya langsung di Desa Woloan. Anda tidak perlu lagi pusing memikirkan pengiriman dan perakitan rumah, karena rumah kayu yang Anda inginkan akan diantar ke alamat Anda bersama dengan pihak yang merakitnya.

Rumah Panggung Kayu

Perkembangan Rumah Minahasa atau Panggung Kayu

Perkembangan rumah adat Minahasa telah banyak diteliti oleh Mamengko Roy (2002) dalam bukunya yang berjudul Etnis Minahasa. Roy Mamengko menjelaskan tentang sejarah negara Minahasa, tradisi, budaya dan perkembangannya. Mamengko juga menjelaskan adat istiadat,termasuk prosesi pembangunan rumah. Sekilas Anda akan melihat bahwa rumah adat suku Minahasa mempunyai kemiripan dengan rumah adat suku-suku lain di nusantara, yang umumnya berupa rumah panggung yang bahan utamanya adalah kayu. Perbedaan tersebut terlihat pada proses pembangunannya yang di Minahasa dikenal dengan “MAPALUS” (sistem gotong royong atau arisan). Tradisi membangun dengan Mapalus masih eksis hingga saat ini di beberapa desa di selatan Mina-hasa. Arsitektur hunian tradisional Minahasa dibahas secara rinci oleh Jessy Wenas (2007:119) dalam bukunya Sejarah dan Kebudayaan Minahasa yang didalamnya ia menjelaskan bahwa arsitektur hunian Minahasa mempunyai dua (dua) bentuk yaitu rumah panjang yang disebut Wale Wangko pada Lupakan dinding ruangan dan loteng, serta bangunan hunian dengan ruangan simetris dan ruang publik terbuka di depannya.

Dalam buku tersebut,Wenas menjelaskan tipologi rumah Minahasa, termasuk istilah dan pola yang digunakan untuk ukuran dan jumlahnya.Seorang sejarawan meneliti gaya arsitektur bangunan tempat tinggal. F.S. Watuseke (1968) berpendapat bahwa selain dari segi fisik, juga dilihat dari gaya arsitektur bangunannya, yaitu rumah panggung, senjata tradisional,pakaian dari kulit kayu dan penghormatan terhadap makhluk halus. Oleh karena itu, nenek moyang mereka semua memiliki kesamaan dengan suku-suku Indo-Mongolia di Tiongkok selatan, khususnya di provinsi Yunan dan Tibet Timur, yang juga merupakan nenek moyang suku-suku Thailand, Vietnam dan Filipina. Untuk memahami arsitektur Minahasa, sangat penting untuk memahami sejarah bumi. Minahasa. dr Bert Supit (1986) membahas tentang sejarah negara Minahasa dan perubahan yang terjadi hingga semangat perjuangan melawan penjajahan Belanda. Supit juga menjelaskan adat istiadat yang diwariskan secara turun temurun dan menganalisis bahasa anak-anak suku tersebut.

Baca Juga : 9 Fitur Dan Inspirasi Desain Rumah Minimalis

Fungsi dan filosofi bangunan

Rumah adat Minahasa berbentuk rumah panggung atau rumah di bawah, baik di atas air maupun di dataran. Bahan yang digunakan umumnya adalah kayu dari jenis pohon asli hutan, yaitu kayu. H. Kayu ulin, kayu lingual,kayu cempaka-utan atau pohon wasian (Michelia celebia), kayu nantu (Palagium obtusifolium) dan kayu maumbi (Artocarpus dayphyla 27 mig) Kayu ulin digunakan untuk tiang, kayu cempaka untuk dinding dan lantai rumah, serta kayu nantu untuk rangka atap. Masyarakat miskin menggunakan bambu petung/bulu jawa untuk tiang, rangka atap dan nibong untuk lantai rumah, bambu patah untuk dinding. Arsitektur tradisional rumah Minahasa dapat dibedakan menjadi periode sebelum gempa tahun 1845 dan periode setelah gempa tahun 1845–1945. Sebelum tahun 1845, masa “Tumani”, sebelum bangsa barat tiba di Minahasa, masyarakat telah membangun rumah-rumah besar dengan tiang-tiang yang tinggi dan tinggi, rumah yang ditinggali oleh 10 sampai 20 kepala keluarga. Dibangun secara Gotong Royong/Mapalus.

Struktur bangunan

Ciri konstruksi,rangka atap kombinasi bentuk pelana dan limas, konstruksi tongkat kayu/bambu, diikat dengan tali ijuk hingga rusuk bambu, badan bangunan terdiri dari struktur kayu dan sistem sambungan pin. Di bawah bangunan terdapat 16-18 tiang penyangga, berukuran ∅ 80-200 cm (ukuran yang dapat direntangkan oleh dua orang dewasa) dan tinggi 3-5 cm,tangga yang terbuat dari akar pohon besar atau bambu. Ciri-ciri ruangan dalam rumah: Hanya terdapat satu bagian untuk seluruh aktivitas penghuni. Pembatas kawasan terdiri dari rotan atau ijuk yang direntangkan dan tempat tidur gantung. Orientasi rumah menunjuk ke arah yang ditentukan oleh Tonaas yang mendapat petunjuk dari Empung Walian Wangko.

Konstruksi rumah adat Minahasa tahun 1845-1945 (Gambar 1-b) mempunyai ciri-ciri yang hampir sama dengan sebelumnya, yaitu atap pelana atau gabungan bentuk pelana dan limas, serta struktur bangunannya. Rumah terbuat dari kayu dengan peniti dan di bawah rumah terdapat 16-18 tiang penyangga. Bedanya hanya tiang penyangga yang lebih kecil dan pendek dari sebelumnya, jadi 30/30cm atau 40/40cm, tinggi 1,5-2,5 meter.

Ciri-ciri Rumah Adat Minahasa

• Rumah Panggung/Rumah Tiang 16-18

• Bahan kayu (kayu ulin, cempaka, kayu nantu, kayu maumbi)

• Atap pelana dari besi bergelombang

• Tata ruangan rumah adat Minahasa: − Ruang depan/ kanopi (dipasang) − Ruang tamu (leloangan) − Ruang tamu (pori) − Kamar tidur − Ruang belakang rumah − Bagian atas rumah/loteng (soldor) − Bagian bawah rumah (bawah).